1. Memahami
konsep kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Menghitung
harga konstanta kesetimbangan berdasarkan percobaan.
B. Dasar Teori
Reaksi kimia pada umumnya berada pada keadaan kesetimbangan. Reaksi pada keadaan setimbang dapat dikenal dari sifat makroskopik ( seperti warna, konsentrasi, dll ) yang tisak berubah ( suhu tetap ) setelah di capai kondisi setimbang, tetapi gejala molekulernya terus berubah dalam dua arah secara sinambung. Sifat makroskopis yang paling mudah diamati, untuk menentukan sistem telah mencapai kondisi setimbang atau tidak, adalah perubahan warna larutan. Sebagai contoh jika kita melarutkan I2 dalam air maka mula-mula akan terbentuk larutan berwarna kuning yang semakin lama warna larutan semakin gelap dan akhirnya coklat tua. Warna larutan akan berubah lagi sementara proses molekulernya ( melarutka Kristal I2 ) tetap berlangsung tetapi diimbangi dengan terbentuknya kembali Kristal I2. oleh karena itu setelah kesetimbangan tercapai jumlah Kristal I2 selalu tepat.
Reaksi kimia pada umumnya berada pada keadaan kesetimbangan. Reaksi pada keadaan setimbang dapat dikenal dari sifat makroskopik ( seperti warna, konsentrasi, dll ) yang tisak berubah ( suhu tetap ) setelah di capai kondisi setimbang, tetapi gejala molekulernya terus berubah dalam dua arah secara sinambung. Sifat makroskopis yang paling mudah diamati, untuk menentukan sistem telah mencapai kondisi setimbang atau tidak, adalah perubahan warna larutan. Sebagai contoh jika kita melarutkan I2 dalam air maka mula-mula akan terbentuk larutan berwarna kuning yang semakin lama warna larutan semakin gelap dan akhirnya coklat tua. Warna larutan akan berubah lagi sementara proses molekulernya ( melarutka Kristal I2 ) tetap berlangsung tetapi diimbangi dengan terbentuknya kembali Kristal I2. oleh karena itu setelah kesetimbangan tercapai jumlah Kristal I2 selalu tepat.
Keadaan kesetimbangan ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perubahan suhu, perubahan tekanan,
dan perubahan konsentrasi. Dimana perubahan ini dapat mengakibatkan terjadinya
pergeseran arah reaksi baik ke araha pereaksi maupun hasil reaksi.
Pada suatu sistem kesetimbangan
kimia terdapat suatu hubungan yang sederhana antara konsentrasi hasil reaksi
dan konsentrasi pereaksi.untuk reaksi umum:
aA + bB cC + dD
Maka
pada suhu tetap berlaku: K = [C]c[D]d/[A]a[B]b
dimana K adalah tetapan kesetimbangan.
C. Metode
Pada percobaan penentuan harga
tetapan kesetimbangan, akan dipelajari reaksi Fe3+ SCN-
FeSCN2+ dimana konsentrasi dari masing-masing dapat ditentukan
dengan cara kolorimetri. Penentuan dengan cara ini didasarkan pad fakta bahwa
intensitas dari berkas cahaya yang melalui larutan yang berwarna, bergantung
pada jumlah partikel yang berwarna yang ada dalam jalur berkas cahaya tersebut.
Dengan demikian intensitas cahaya ini berbanding lurus dengan konsentrasi
larutan dan panjang jalur berkas cahaya tersebut.
Warna
= konsentrasi ( c ) x tinggi / lebar tempat larutan ( d )
Warna
= k x c x d : dimana k = tetapan
|
Jika kita membandingkan larutan
sejenis yang terdapat dalam 2 tempat ( misal tabung 1 dan 2 ) yang berukuran
sama tetapi mempunyai konsentrasi yang berbeda, maka kita dapat menvariasikan
besar jalur berkas cahaya hingga dihasilkan intesitas warna yang sama dari
kedua larutan tersebut. Pada kondisi ini berlaku :
K x c1 xd1 = K x c2
xd2
c1
xd1 = c2 xd2
|
- Alat dan Bahan :
ALAT :
|
BAHAN :
|
-
Gelas Kimia 100 Ml
|
-
KSCN 0,002 M
|
-
Gelas Ukur 25 ml
|
-
Fe Cl3 0,2
M
|
-
Pipet Volume 10 ml
|
-
KH2PO4
0,2 M
|
-
Tabung Reaksi 5 buah
|
|
-
Tabung Reaksi besar 4
buah
|
|
-
Pipet tetes.
|
- Langkah
Kerja
Kesetimbangan Besi (III)tiosianat
1. Masukkan
10 Ml KSCN 0,002 M kedalam sebuah gelas kimia,lalu tambahkan 2 tetes FeCl3
0,2 M lalu aduk
2. Bagi
larutan yang terbentuk ke dalam 4 tabung reaksi dengan volume yang sama
a. Tabung
1 sebagai pembanding
b. Tabung
2 ditambahkan 10 tetes KSCN 0,002 M
c. Tabung
3 ditambahkan 3 tetes FeCl3 0,2 M
d. Tabung
4 ditambahkan 5 tetes KH2PO4 0,2 M
3. Amati
dan catat semua perubahan yang terjadi.
Penetuan Harga Tetapan Kesetimbangan
1. Sediakan
4 tabung reaksi yang bersih ( jenis dan ukuran harus sama ) dan diberi nomor 1
sampai 4
2. Masukkan
5 ml KSCN 0,002 M ke dalam masing – masing tabung.
3. Ke
dalam tabung 1 tambahkan 5 ml FeCl3 0,2 M simpan sebagai standar.
4. Ke dalam gelas kimia 100 ml masukan 10 ml FeCl3
0,2 M dan tambahkan air suling sampai volume 25 ml ( hitung konsentrasi
Fe 3+ ). Pipet 5 ml larutan ini dan masukan ke dalam tabung 2. Sisa
larutan akan digunakan untuk langkah berikutnya.
5. Ambil
10 ml larutan FeCl3 dari sisa percobaan langkah 4 tambahkan air
suling sampai volume 25 ml ( hitung konsentrasi Fe 3+ ). Pipet 5 ml
larutan ini dan masukan kedalam tabung 3. Sisa larutan akan digunakan untuk
langkah berikutnya.
6. Lakukan
percobaan yang sama ( seperti langkah 5 ) untuk tabung reaksi 4.
7. Untuk
menghitung konsentrasi ion FeSCN2+,Bandingkan warna larutan pada
tabung 2 dan tabung pertama ( sebagai standar ).
Pengamatan dilakukan dengan cara melihat kedua warna
larutan dari atas tabung reaksi ( pengamatan tampak jelas ). Jika intensita
warna belum sama, keluarkan larutan dari tabung 1 setetes demi setetes( tamping
dalam tabung reaksi yang lain untuk dipergunakan lagi) sampai kedua tabung
menunjukan warna sama. Ukur tinggi kedua larutan dengan mistar ( dalam satuan
mm)
8. Lakukan
perkerjaan yang sama seperti lankah 7 untuk tabung ke- 3 dan tabung ke – 4
dengan cara membandingkan dengan tabung 1 (standar ).
G Analisis Data
Lakukan perhitungan untuk masing – masing tabung :
1. Pada
tabung ke 1 dianggap semua ion tiosianat telah bereaksi menjadi FeSCN2+
. larutkan pada tabung ini dipakai sebagai standar.
2. Perbandingan
tinggi tabung = tinggi tabung ke – 1/ tingi tabung ke –n
3.
[ FeSCN2+ ]setimbang
= perbandingan tinggi tabung x [ FeSCN2+ ]standar
4.
[ Fe 3+]setimbang
= [Fe 3+]mula- mula – [FeSCN 2+]setimbang
5.
[ SCN ‑ ]setimbang
= [ SCN - ]mula – mula – [SCN - ]reaksi
6.
Cari hubungn yang
menghasilkan harga konstan dari konsentrasi ion – ion pada kesetimbangan untuk
tabung 2,3,dan 4 dengan cara perhitungan sebagai berikut :
a). [ Fe 3] [ FeSCN2+ ] [ SCN ‑
]
b). [ Fe 3] [ FeSCN2+ ] / [
SCN ‑ ]
c). [ FeSCN2+ ] / ). [ Fe 3] [
SCN ‑ ]
H. HASIL
PENGAMATAN
1.
Kesetimbangan
Besi (III) Tiosianat
Sketsa
langkah kerja
|
Pengamatan
|
|
Tabung
ke
|
Warna
larutan
|
|
1
|
Kuning
keemasan
|
|
2
|
Kuning
kecokelatan
|
|
3
|
Kuning
kemerah-merahan
|
|
4
|
Kuning
keputihan
|
2. Penentuan
Harga Tetepan Kesetimbangan
Sketsa
Langkah Kerja
|
Pengamatan
|
Warna
awal pencampuran kuning kemerahan
Pada
tabung 1 perbandingan tinggi
= 1 cm
Tabung 1 dan 2
warna kuning kemerah – merahan = 0,867 cm
Tabung 1 dan 3
warna kuning kecoklatan =0,785 cm
Tabung 1 dan 4
warna kuning keemasan = 0,4 cm
|
Tabung
|
[Fe
3+]mula
2X
|
[SCN]
mula
2X
|
DI/
dx
|
[FeSCN2+]stb
A
|
[SCN]Stb
B
|
[Fe3+]stb
C
|
1
|
||||||
2
|
||||||
3
|
||||||
4
|
||||||
Tabung
|
A
X B X C
|
(A
X B) / C
|
A
/ (B X C)
|
|||
1
|
||||||
2
|
||||||
3
|
||||||
4
|
I. PEMBAHASAN
Reaksi kimia pada umumnya berada
pada keadaan kesetimbangan. Reaksi pada keadaan setimbang dapat dikenal dari
sifat makroskopik ( seperti warna, konsentrasi, dll ) yang tisak berubah ( suhu
tetap ) setelah di capai kondisi setimbang, tetapi gejala molekulernya terus
berubah dalam dua arah secara sinambung. Sifat makroskopis yang paling mudah
diamati, untuk menentukan sistem telah mencapai kondisi setimbang atau tidak,
adalah perubahan warna larutan.
Dari hasil pengamatan yang kami
amati pada kesetimbangan Besi (III) tiosianat pada tabung pertama 10 Ml KSCN +
2 tetes FeCl3 warna larutan kuning keemasan, pada tabung kedua
Pencampuran 10 Ml KSCN + FeCl3 + 10 tetes KSCN 0,002 M warna larutan
kuning kecoklatan, pada tabung ketiga Pencampuran 10 Ml KSCN + 2 tetes FeCl3
+ 3 tetes FeCl3 warna larutan kuning kemerah – merahan, pada tabung
keempat Pencampuran 10 Ml KSCN + 2 tetes FeCl3 + 5 tetes KH2PO4
0,2 M warna larutan kuning keputihan.Hal ini menunjukan bahwa perubahan warna
tersebut terjadi karena keaadaan yang setimbang dari perubahan warna tersebut.
Dari pengamatan Penentuan Harga
Tetapan Kesetimbangan ( perbandingan tinggi) kita dapat ambil warna pencampuran
kuning kemerah – merahan pada tabung pertama perbandingan tingginya 1 cm, pada
tabung pertama dan tabung kedua perbandingan tingginya 0,867 cm warnanya kuning
kemerahan, pada tabung pertama dan tabung ketiga perbandingan tingginya 0,785
cm warnanya kuning kecoklatan, pada tabung pertama dan tabung keempat
perbandingan tingginya 0,4 cm warnanya kuning keemasan. hal ini menunjukan
bahwa perbandingan warna dari suatu zat akan sama jika zat tersebut dalam
keaadaan setimbang.
Hasil perhitungan dari tabung
pertama [ Fe3+ ] mula – mula 0,2 [ SCN ] mula- mula 0,002, Perbandingan
tinggi 1 cm, [ FeSCN2+ ] setimbang 0,1,[ SCN ] setimbang
-0,098 , [ Fe 3+ ]setimbang 0,1.
Pada tabung kedua [ Fe3+
] mula – mula 0,2, [ SCN ]mula - mula 0,002, Perbandingan
tinggi 0,867 cm, [ FeSCN2+ ] setimbang 0,07, [ SCN ] setimbang
-0,874 , [ Fe 3+ ]setimbang 0,13.
Pada tabung ketiga [ Fe3+
] mula – mula 0,2, [ SCN ]mula - mula 0,002, Perbandingan
tinggi 0,785 cm, [ FeSCN2+ ] setimbang 0,0025, [ SCN ] setimbang
-0,783 , [ Fe 3+ ]setimbang 0,175.
Pada tabung keempat [ Fe3+ ] mula
– mula 0,2, [ SCN ]mula - mula 0,002, Perbandingan tinggi 0,4 cm,
[ FeSCN2+ ] setimbang 0,005, [ SCN ] setimbang
-0,398 , [ Fe 3+ ]setimbang 0,195. dimana konsentrasi
dari masing-masing dapat ditentukan dengan cara kolorimetri. Penentuan dengan
cara ini didasarkan pad fakta bahwa intensitas dari berkas cahaya yang melalui
larutan yang berwarna, bergantung pada jumlah partikel yang berwarna yang ada
dalam jalur berkas cahaya tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar