Sejak awal milenium ketiga, istilah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK), mulai ramai dibicarakan kaum akademisi di Indonesia. Lebih khusus kalangan
pendidikan. Mengapa demikian? Karena, PTK selain berfungsi untuk meningkatan
kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran
ketika menjalankan tugas mengajar, juga terkait dengan kebutuhan mereka untuk promosi
pangkat dan jabatan, sebab sejak diberlakukannya UU No 14 tahun 2005 guru dari golongan
IVa ke atas, diharuskan melakukan penelitian sederhana dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan
ahli psikologi sosial berkebangsaan Amerika Serikat bernama Kurt Lewin ditahun
1946. Inti atau gagasan pokok Lewin kemudian dikembangkan ahli-hali pendidikan lain
seperti: Hopkins, Stepen Kemmis, Robin Mc. Taggar, John Elliot, dan Dave Ebbutt.
Akhir dekade tahun 80-an, PTK akhirnya mulai dikenal di
Indonesia. Muncul istilah classroom
action research atau penelitian tindakan kelas (PTK) yang diawalai dari
istilah action research atau
penelitian tindakan. Secara umum, action
research digunakan untuk melatih pemecahan permasalahan yang dihadapi
seseorang dalam tugusnya sehari-hari di mana pun tempatnya ia bekerja, di
kantor, di rumah sakit, di kelas ketika pembelajaran berlangsung, maupun di
tempat-tempat tugas lain yang tidak berhubungan dengan pendidikan.
Khusus di bidang pendidikan, ada beragam penelitian yang
dapat dilakukan guru. Misalnya penelitian deskriptif, penelitian eksperimen dan
penelitian tindakan kelas. Di antara jenis penelitian tersebut, yang diutamakan
dan disarankan adalah penelitian tindakan kelas. Arah dan tujuan penelitian tindakan
yang dilakukan oleh guru (peneliti) sudah jelas, yaitu demi kepentingan peserta
didik dalam memperoleh hasil belajar yang memuaskan (jadi bukan kepentingan pribadi
guru).
Selain itu, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bermanfaat
bagi guru untuk meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar dan hasil
pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam penelitian
tindakan kelas, guru dapat menemukan solusi dari permasalahan yang timbul saat
mengajar di kelasnya, yaitu dengan menerapakan berbagai macam metode dan media
pembelajaran yang relevan dengan permasalahan yang ada di kelas saat guru
mengajar. Jadi, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang
mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi guru di lapangan. Dengan melakukan
penelitian tindakan kelas, guru mempunyai peran ganda, yaitu sebagai pengajar
(praktisi) sekaligus sebagai peneliti.
B.
PENGERTIAN PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan
oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya. Menurut Suharsimi
(2002:) bahwa PTK merupakan
paparan gabungan definisi dari
tiga kata yaitu: penelitian, tindakan,
dan kelas. Penelitian adalah
kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka
peningkatan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah
suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam
pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang
dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari
seorang guru yang sama. Penelitian
tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yaitu
suatu Action Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas.
Berdasarkan keterangan diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa PTK adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan
tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil
belajar siswa dapat ditingkatkan.
Ada beberapa rumusan definisi PTK menurut para ahli yang
perlu dipahami, yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Hopkins (1993): PTK merupakan suatu bentuk kajian
yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan
memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.
2. Stepen Kemmis dan Robin Mc. Taggar (1988): PTK merupkan
studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri,
yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan dengan sikap mawas diri.
3. Rochman Natawijaya (1977): PTK merupakn pengkajian
terhadap permasalah praktis yang bersifat situasional dan kontekstual, yang
ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah
yang dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.
4. Suyono (1997): PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara
professional.
C.
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Apabila dirumuskan, karakteristik PTK dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Penelitian berasal dari kerisauan guru akan kinejanya.
2. Metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar,
tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian.
3. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.
4. Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran
5. PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif (bisa
dilaksanakan dengan cara berkolaborasi dengan dosen LPTK maupun dengan teman
sejawat).
6. PTK adalah jenis penelitian memunculkan adanya
tindakan tertentu untuk memperbaiki
proses belajar mengajar di kelas.
7. PTK dapat menjembatani kesenjangan atara teori dan
praktik pendidikan.
D.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan pengertian di atas, PTK bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan
guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Pada sisi lain, PTK akan mendorong para guru untuk
memikirkan terobosan-terobosan baru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari dan
tidak tergantung pada teori-teori yang bersifat universal yang ditemukan oleh
para pakar peneliti yang seringkali kurang cocok dengan situasi dan kondisi
kelas. Bahkan, keterlibatan guru dalam PTK sendiri akan menjadikan dirinya
menjadi pakar peneliti dikelasnya.
E.
Manfaat PTK
Terdapat banyak manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan
PTK antara lain sebagai berikut:
1.
Bagi Guru
a. Meningkatkan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran
yang menjadi tugas utamanya.
b. Membantu meningkatkan profesionalisme guru.
c. Meningkatkan rasa percaya diri guru.
d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan.
2.
Bagi siswa
a. Membantu meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Menuntut siswa untuk bersifat kritis terhadap hasil belajarnya.
c. Meningkatkan minat belajar siswa di kelas.
d. Siswa mendapat pengalaman baru dalam belajar dengan
menggunakan metode atau media pembelajaran.
3.
Bagi lembaga/sekolah
a. Membantu sekolah untuk berkembang karena adanya
peningkatan pada diri guru dan
pendidikan di sekolah tersebut.
b. Membantu perbaikan dan pengembangan kepribadian siswa di
sekolah.
c. Membantu perbaikan dan peningkatan kualitas penerapan
kurikulum setelah dilakukannya penelitian tindakan.
F.
MODEL DAN LANGKAH-LANGKAH PTK
1.
Model PTK
Ada beberapa ahli yang mengemukakan
model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda-beda, namun secara
garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan,
(2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan
masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
Perencanaan
|
Pengamatan
|
SIKLUS II
|
Pelaksanaan
|
Refleksi
|
Pengamatan
|
?
|
Refleksi
|
Pelaksanaan
|
Perencanaan
|
SIKLUS I
|
Suharsimi Arikunto, (2008: 16).
2.
Langkah-Langkah PTK
Sebelum Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dilaksanakan, terlebih dahulu perlu dilakukan identifiksi masalah, analisis
masalah, dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola. Setelah
masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan cara melakukan
refleksi dan menelaah berbagai dokumen yang terkait. Berdasarkan hasil
analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin
dipecahkan oleh guru, kemudian dijabarkan secara operasional agar dapat memandu
usaha perbaikan dalam pembelajaran.
Setelah masalah dijabarkan, langkah
berikutnya adalah mencari/mengembangkan cara perbaikan yang dilakukan dengan cara
mengkaji teori dan hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang dirumuskan,
berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar atau ahli terkait, dan menggali
pengalaman sendiri saat mengajar. Berdasarkan hal tersebut, tindakan perbaikan
yang dirancang hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang tidak
terduga sehingga dapat meminimalisir resiko yang akan muncul. Rencana tindakan
mesti disesuaikan dengan kemampuan guru, siswa, dan fasilitas yang tersedia
serta iklim belajar dan iklim kerja di sekolah.
Adapun langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam menyusun PTK antara lain:
a. Menyusun Perencanaan Tindakan
Tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, dan di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan dilakukan. Tindakan yang
ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan
tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara
ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya
untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang
dilakukan. Dengan mudah dapat diterima bahwa pengamatan yang diarahkan pada
diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding dengan pengamatan yang dilakukan terhadap
hal-hal yang berada diluar diri, karena adanya unsur subjektivitas yang
berpengaruh, yaitu cenderung mengunggulkan dirinya. Apabila pengamatan
dilakukan oleh orang lain, pengamatannya lebih cermat dan hasilnya akan lebih
objektif.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah
sebagai berikut:
1) Membuat skenario pembelajaran (membuat silabus dan RPP)
dengan menggunakan berbagai pola latihan yang berjenjang dari yang paling mudah
ke tingkat yang lebih kompleks.
2) Membuat lembar observasi untuk melihat berbagai kondisi
belajar mengajar di kelas ketika mengaplikasikan media atau metode pembelajaran.
3) Membuat dan mempersiapkan alat-alat serta bahan yang
dibutuhkan siswa selama proses pembelajaran, baik metode maupun media
pembelajaran.
4) Mendesain alat evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa
selama proses pembelajaran. Alat evaluasi yang digunakan biasanya berupa pre test dan post test dalam bentuk pilihan ganda (PG).
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah
pelaksanaan tindakan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan,
yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diperhatikan bahwa dalam
tahap pelaksanaan tindakan guru harus berusaha menaati apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar dan tidak
dibuat-buat. Dalam tahap pelaksanaan tindakan, peran peneliti adalah sebagi
berikut:
1) Merencanakan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
media atau metode pembelajaran yang sudah dirumuskan dalam rancangan.
2) Bekerja sama dengan teman sejawat dalam melaksanakan
tindakan yang direncanakan.
3) Memberikan test
sebelum dan sesudah pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
pembelajaran.
c. Pengamatan (Observation)
Tahap pengamatan dan interpretasi dilakukan bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan perbaikan. Karena pengamatan/observasi berfungsi
untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan dan prosesnya serta membantu guru
dalam proses penyesuaian dalam pengamatan. Observasi yang efektif berlandaskan
pada lima dasar, yaitu:
1) Harus ada perencanaan bersama antara guru dan pengamat.
2) Fokus observasi harus ditetapkan bersama.
3) Guru dan pengamat harus membangun kriteria observasi
bersama-sama.
4) Pengamat harus memiliki keterampilan mengobservasi.
5) Bersifat resfonsif, terbuka pandangan dan pikirannya.
Adapun hal-hal yang diamati dalam tindakan kelas adalah
(a) proses tindakannya, (b) pengaruh tindakan (yang disengaja dan tidak
disengaja), (c) keadaan dan kendala tindakan, (d) bagaimana keadaan dan kendala
tersebut menghambat atau mempermudah tindakan yang telah direncanakan dan
pengaruhnya, serta (e) persoalan lain yang timbul saat observasi.
Ada empat metode observasi yang dapat dipilih atau
diterapkan, yaitu: observasi terbuka, observasi terfokus, observasi
terstruktur, dan observasi sistematik.
1. Observasi terbuka dimulai dengan pemikiran netral, kosong
dan tidak diadakan pengarahan sebelumnya sehingga pengamat harus berimprovisasi
untuk merekam hal-hal penting dalam proses pembelajaran dalam rangka penerapan
tindakan perbaikan. Tujuannya agar pengamat dapat merekonstruksi proses
penerapan tindakan perbaikan dalam rangka diskusi balikan.
2. Observasi terfokus adalah observasi yang dilakukan secara
spesifik, yaitu observasi yang diarahkan kepada aspek tertentu dalam tindakan
guru atau aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
3. Observasi terstruktur adalah observasi yang ditandai
dengan perekam data yang sederhana, tetapi dengan format yang lebih rinci.
4. Observasi sistematis adalah bentuk observasi yang
diarahkan pada pengakategorian bentuk dan jenis data amatan yang disusun secara
rinci.
Observasi bertujuan memantau proses dan dampak perbaikan
setidaknya mengikuti tiga langkah yang merupakan satu siklus yang selalu
berulang, yaitu pertemuan pendahuluan (perencanaan), pelaksanaan observasi dan
diskusi balikan. Agar ketiga tahap ini berlangsung efektif, hubungan guru dan
pengamat harus didasari saling mempercayai, fokus kegiatan adalah perbaikan,
proses tergantung dari pengumpulan dan pemanfaatan data yang objektif, guru
didorong untuk berkesinambungan, serta guru dan pengamat terlibat dalam
perkembangan yang profesional yang saling menguntungkan.
Selain melalui observasi atau pengamatan, data mengenai pembelajaran
dapat dikumpulkan melalui catatan/laporan harian, catatan harian siswa,
wawancara (antara guru dan siswa, pengamat dan siswa, serta pengamat dan guru),
angket, dan telaah berbagi dokumen.
d. Analisis Data dan Refleksi
Analisis data pada dasarnya adalah upaya menyeleksi dan
mengelompokkan data, memaparkan atau mendeskripsikan data dalam bentuk narasi,
tabel, dan/atau grafik, serta menyimpulkan dalam bentuk pernyataan.
Secara teknis, langkah yang dilakukan adalah (1)
mengidentifikasi data yang ditemukan, (2) menentukan pola data yang ada, dan
(3) menginterpretasikannya. Adapun hal yang perlu diingat adalah ketika
menganalisis data, seringkali peneliti bersikaf subjektif. Untuk
menanggulanginya, peneliti perlu berdiskusi dengan teman sejawat atau pihak
lain yang dapat melihat lewat perspektif yang berbeda.
Selain itu, juga perlu diperhatikan bahwa data yang
dikumpulkan tidak hanya terbatas pada data tentang perubahan yang diharapkan,
melainkan juga mencakup data tentang peningkatan/perubahan yang tidak
diharapkan (di luar rencana). Oleh karena itu, kesimpulan yang dirumuskan juga
harus mencakup perubahan yang direncanakan/diharapkan dan yang tidak diharapkan
sebelumnya.
Berdasarkan hasil analisis dilakukan sebuah refleksi,
yaitu renungan atau mengingat kembali
apa yang sudah berhasil dikerjakan, terutama yang berkaitan dengan perubahan
yang terjadi pada tindakan kelas, baik pada diri siswa, suasana kelas, maupun
pada diri sendiri.
Dalam melakukan refleksi, sebaiknya anda juga berdiskusi
dengan teman sejawat, untuk menghasilkan rekonstruksi makna situasi
pembelajaran kelas yang telah anda lakukan
dan memberikan dasar perbaikan untuk rencana siklus berikutnya. Setalah
melakukan analisis dan refleksi atas tindakan yang dilakukan, langkah
selanjutnya adalah menyusun laporan tertulis berdasarkan catatan-catatan yang
telah anda lakukan.
G.
PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Setalah anda melaksanakan tindakan kelas, mengobservasi,
menganalisis, dan merefleksinya, tentu saja langkah berikutnya adalah menyusun
laporan kegiatannya. Proses penyusunan laporan ini tidak akan dirasakan sulit
apabila sejak awal guru (sekaligus peneliti) sudah disiplin mencatat apa saja
yang sudah ia kerjakan.
Membuat karya ilmiah laporan penelitian sebetulnya akan
jauh lebih mudah dibandingkan dengan menulis artikel, karena lahan tulisan akan
sudah dipenuhi dengan penjelasan tentang alasan, tujuan, manfaat, dan isi
penelitian, kemudian cerita tentang tindakan dengan siklusnya. Pada akhir
tulisan tinggal disampaikan hasil penelitian, yaitu keberhasilan yang diperoleh
dan hambatan atau kesulitan dalam pelaksanaan, dan kemudian ditutup dengan
kesimpulan dan saran.
Sistematika laporan penelitian tidak jauh berbeda dengan
laporan penelitian yang lain. Satu hal yang sangat dicermati oleh penilai KTI
dalam laporan PTK adalah bagaimana siklus dilaksanakan, dan penjelasan tentang
proses yang berlangsung. Kesalahan yang sering terjadi adalah guru hanya
menyebutkan sedikit dari tindakan yang dilakukan dan langsung menunjukkan data
yang dikumpulkan melalui test. Dalam
penelitian tindakan ini, guru (sekaligus peneliti) tidak diharuskan menonjolkan
analisis data, tetapi harus menekankan pada proses.
Menurut Suharsimi Arikunto, (2008:28) kesalahan umum yang
sering dilakukan guru (peneliti) ketika mengusulkan kenaikan jabatan Golongan IVa
ke atas adalah melupakan atau tidak menganggap penting uraian tentang bentuk
tindakannya. Mungkin mereka menganggap, kalau sudah menuliskan definisi atau
pengertian model tindakannya, misalnya mengajar dengan pendekatan konstektual-jadi
inti yang harus diterangkan adalah pendekatan kontekstual itu-hanya diterangkan
di bab II (kajian pustaka). Jika demikian penyajiannya, guru sebetulnya belum mengemukakan
teori dan belum dapat dengan jelas mengemukakan idenya. Apa bila laporannya
hanya seperti ini, pasti KTI-nya ditolak karena guru (peneliti) belum
menjelaskan alur yang dilaksanakan dalam tindakannya.
Untuk memudahkan anda dalam membuat laporan, terlebih
dahulu harus dikembangkan format atau struktur laporannya. Secara umum, laporan
penelitian berisi tiga hal pokok, yaitu: (1) bagian awal, (2) bagian isi atau
tubuh laporan, dan (3) bagian akhir. Laporan PTK pun secara garis besar juga
berisi tiga hal pokok tersebut.
Adapun subtansi ketiga bagian laporan PTK tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Bagian Awal Laporan PTK
Bagian awal laporan PTK terdiri atas:
a)
Halaman judul
Halaman judul lazimnya berisi: (1) judul penelitian, (2)
logo lembaga (sekolah), (3) nama peneliti dan NIP/NIM (bagi guru/mahasiswa),
(4) lembaga tempat peneliti bekerja, (5) tahun pembuatan.
b)
Halaman pengesahan
Halaman
pengesahan berisi pengesahan oleh lembaga. Dalam halaman ini dimuat hal-hal
sebagai berikut: (1) judul PTK, (2) nama, (3) jenis kelamin, (4) NIP, (5) golongan pangkat, (6)
jabatan fungsional, (7) guru kelas, mata pelajaran, (8) unit kerja, (9) Lama
Penelitian, (10) Biaya Yang diajukan (kalau diperlukan).
c)
Abstrak
Abstrak merupakan pemadatan (sari atau subtansi) dari
hasil penelitian yang memuat latar belakang, tujuan penelitian, metode, hasil
penelitian, dan kesimpulan yang ditik satu spasi, dan dirumuskan dalam satu
paragraf dengan jumlah kata kurang lebih 200 kata atau sebanyak 1 halaman.
d)
Kata pengantar
Menjelaskan asal-usul mengapa masalah PTK ini diangkat
sebagai topik penelitian, faktor- faktor lingkungan yang member arti pentingnya
penelitian, kedudukan PTK dalam pemecahan masalah pembelajaran, serta secacah
harapan kepada pihak-pihak yang membaca laporan penelitian.
e)
Daftar isi
Bagian ini memuat bab dan sub-bab yang ada dalam laporan
penelitian lengkap dengan halamannya.
f)
Daftar tabel, gambar, grafik, dan lain-lain
Bagian ini menunjukan tabel, gambar, grafik, atau lambang-lambang
lain yang ada dalam laporan penelitian tersebut.
g)
Daftar lampiran
Daftar lampiran berisi lampiran yang diperlukan dalam
laporan penelitian tersebut. Lampiran dapat berupa data yang telah diseleksi,
hitungan hasil analisis data kuantitatif, instrument penelitian, dokumen, foto,
dan sebagainya.
2.
Bagian isi atau tubuh laporan PTK
Bagian isi memuat lima bab penting,
terdiri dari pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, hasil
penelitian dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran.
Bab I Pendahuluan
a)
Latar belakang
Latar belakang masalah berisi tentang kerisauan dan
alasan perlunya dilakukan PTK, serta mengungkap gejala-gejala kesenjangan
(masalah) yang terdapat dilapangan. Dalam latar belakang masalah ini, perlu
juga dikemukakan bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata dan berada dalam
kewenangan guru; serta ditunjang oleh teori-teori dan hasil-hasil penelitian
terdahulu.
b)
Rumusan masalah
Bagian ini berisi rumusan secara tajam tentang masalah
yang diangkat dalam penelitian tersebut. Masalah hendaknya memang khas PTK dan
benar-benar dirasakan ada dalam keseharian sekolah atau kelas yang dibina guru yang
memang mendesak dan layak untuk dipecahkan melalui PTK. Identifikasi masalah
yang dilakukan peneliti sebaiknya diikuti oleh refleksi awal sehingga gambaran
permasalahan yang diteliti itu sosoknya menjaidi semakin jelas.
c)
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian selalu mengacu pada permasalahan yang akan
dipecahkan dalam penelitian. Oleh karena itu, rumusan tujuannya harus dapat
diukur ketercapaiannya. Secara teknis, tujuan PTK dapat berupa tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum bersifat makro
dan belum menunjukkan indikator ketercapaian. Tujuan khusus bersifat
mikro dan sudah menunjukkan indikator ketercapaiannya.
d)
Manfaat penelitian
Berisi manfaat atau sumbangan hasil penelitian tindakan
kelas; bagi siswa, guru, lembaga sekolah dan untuk perbaikan pembelajaran pada
umumnya.
Bab II Kajian Pustaka
Dalam
bagian ini perlu dipaparkan secara ringkas, tetapi tajam tentang kajian dan
berbagai bahan pustaka yang relevan dan dapat mendukung kesenjangan antara
harapan dan kenyataan yang dilontarkan peneliti.
Secara
teknis, bagian ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian. Kajian
pustaka mengungkapkan tentang; what (siapa)
berupa definisi atau pengertian, woy
(siapa) siapa penemu atau pendapat siapa, why
(mengapa) mengapa teori itu ada, how (bagaimana)
teori itu digunakan atau hasil penelitian terdahulu (yang telah dilakukan orang
lain).
Bab
III Metodologi Penelitian
Hal yang penting disampaikan dalam bab
III adalah rencana tindakan, yang dimulai dengan gambaran tentang lokasi
penelitian dan setting-nya. Garis
besar isi bab III adalah sebagai berikut:
a)
Setting
penelitian,
Bagian ini menjelaskan
tentang lokasi dan gambaran tentang kelompok siswa atau subjek yang dikenai
tindakan. Perlu ditekankan di sini bahwa dalam penelitian tindakan, tidak ada
populasi dan sampel.
b)
Prosedur Penelitian
Bagian ini berisi gambaran umum penelitian yang dilakukan
termasuk jumlah dan prosedur penelitian yang dilakukan. Perlu juga dijelaskan
secara rinci tentang prosedur penelitian mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan (observasi), dan refleksi.
-
Persiapan
tindakan
Pada bagian ini perlu dipaparkan tentang langkah-langkah
riil yang akan dilakukan peneliti dalam tindakan.
-
Pelaksanaan
tindakan
Bagian ini memaparkan tindakan yang diambil, skenario kerja
tindakan, dan langkah-langkah yang digunakan peneliti.
-
Pengamatan/observasi
dan evaluasi
Bagian ini menguraikan prosedur pengamatan dan evaluasi
tindakan, alat-alat pengamatan dan evaluasi yang digunakan, beserta kriteria
keberhasilan tindakannya.
Rumusan indikator keberhasilan yang menjadi acuan
keberhasilan dalam setiap tindakan dapat berupa gradasi, misalnya 80-100:
sangat berhasil, 60-79: berhasil, 40-59: cukup berhasil, 20-39: kurang
berhasil, dan 0-19: tidak berhasil. Atau, apabila yang diukur berupa kemampuan
kognitif maka angka Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dapat dijadikan sebagai
acuan.
-
Refleksi
Bagian ini berisi tentang prosedur analisis hasil
pengamatan dan refleksi, kriteria dan rencana bagi siklus berikutnya. Refleksi
pada siklus pertama akan dijadikan acuan untuk perencanaan tindakan pada siklus
kedua dan seterusnya.
c)
Teknik Pengumpulan Data
Bagian ini menjelaskan tentang informasi yang menyangkut
indikator yang ada dalam tindakan, misalnya semangat belajar siswa dalam
diskusi parisipasif, situasi diskusi dan kelancaran proses yang terjadi,
kelancaran berbicara pada diskusi dalam pembelajaran dan hasil berlajar. Pada
bagian ini perlu dijelaskan pula cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data selama proses berlangsung dan ketika refleksi dilakukan,
serta bagaimana mengetahui hasil belajar siswa. Contoh pengumpulan data antara
lain: (1) wawancara, (2) observasi, (3) test, dan (4) diskusi antar guru atau teman
sejawat.
d)
Analisis Data
Pada bagian ini menjelaskan tentang bagaimana data yang
diperoleh tersebut dianalisis untuk mengetahui hasil akhir dari pelaksanaan
penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A)
Deskripsi Setting Penelitian
Berisi tentang gambaran kondisi lapangan saat tindakan
dilakukan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif tentang semua aspek yang
dapat direkam pada waktu penelitian.
B)
Hasil Penelitian
Berisi tentang sajian data lengkap dari tiap siklus,
sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang perubahan/perbaikan yang
diperoleh dari hasil kegiatan observasi, menyangkut berbagai aspek konsentrasi penelitian. Sajian data ini dapat
dibuat dalam bentuk grafik/tabel dengan diberikan berbagai penjelasan dan
analisis data.
C)
Pembahasan
Berisi rangkuman hasil penelitian dari seluruh siklus dan
semua aspek konsentrasi penelitian dengan diformulasikan ke dalam bentuk tabel,
grafik, serta dibahas tiap aspek yang diketahui adanya peningkatan, atau tidak
adanya perdgdhubahan dengan berbagai alasan yang rasional dan logis. Juga dapat
dikuatkan dengan teori yang relevan untuk meningkatkan kualitas pembahasan
hasil penelitian.
Bab V Simpulan
dan Saran
a)
Simpulan
Pada bagian simpulan peneliti menyimpulkan hasil
penelitian secara lengkap sesuai dengan masalah yang diteliti. Simpulan tidak
boleh menyimpang dari masalah yang diangkat dalam penelitian. Hal tersebut
perlu digarisbawahi karena masih terdapat peneliti yang membuat simpulan tidak
berdasar atau tidak mengacu pada rumusan masalah yang telah direncanakan
sebelumnya.
b)
Saran
Saran yang disampaikan peneliti selayaknya juga tetap
mengacu pada permasalahan serta simpulan. Kadang-kadang muncul saran yang
begitu saja jatuh dari langit. Artinya, saran tersebut tidak relevan dengan
hasil penelitian. Saran dapat berupa penerapan hasil penelitian dan penelitian
lanjutan di masa yang akan datang.
3.
Bagian akhir laporan
Bagian akhir laporan penelitian berisi a) daftar pustaka,
dan b) lampiran-lampiran.
a) Daftar pustaka
Bagian ini berisi berbagai buku yang menjadi rujukan
peneliti serta mengunakan cara penulisan daftar pustaka yang berlaku. Adapun
cara yang gunakan dalam penuulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut:
1) Balikan semua nama pengarang dan gunakan nama inisial
apabila ada dua atau tiga pengarang, gunakan tanda & daripada dan. Pisahkan
nama dengan koma. Susun daftar dengan sesuai alphabet.
2) Sebutkan semua nama pengarang, jangan gunakan “dkk”.
3) Tempatkan tahun penerbit setelah nama pengarang.
4) Cetak tebal atau miringkan tulisan judul dan sub judul
buku, gunakan huruf besar untuk huruf awal setiap kata pada nama judul dan sub
judul, kecuali untuk kata sambung.
Contoh penulisan daftar pustaka:
Best, John W. dan Khan, James. 1989. Research in Education, New Delhi:
Prentice-Hal of India.
Borg, W.R. & Gall, M.D. 1999. Educational Research an Introduction.
New York & London: longman.
Mulyasa, E. 2010. Praktik Peneltian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
b) Lampiran-lampiran
Bagian ini berisi lampiran-lampiran yang digunakan dalam
penelitian. Adapun hal-hal yang perlu dilampirkan adalah sebagai berikut:
1) Instrument penelitian
2) Data pendukung, seperti hasil rekap data, dokumen, foto-foto,
dan lain-lain yang dianggap perlu.
Curriculum
vitae atau biodata peneliti
0 komentar:
Posting Komentar