PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Written By Unknown on Selasa, 11 Maret 2014 | 12.29

A.     PENDAHULUAN
Sejak awal milenium ketiga, istilah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), mulai ramai dibicarakan kaum akademisi di Indonesia. Lebih khusus kalangan pendidikan. Mengapa demikian? Karena, PTK selain berfungsi untuk meningkatan kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran ketika menjalankan tugas mengajar, juga terkait dengan kebutuhan mereka untuk promosi pangkat dan jabatan, sebab sejak diberlakukannya UU No 14 tahun 2005 guru dari golongan IVa ke atas, diharuskan melakukan penelitian sederhana dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan ahli psikologi sosial berkebangsaan Amerika Serikat bernama Kurt Lewin ditahun 1946. Inti atau gagasan pokok Lewin kemudian dikembangkan ahli-hali pendidikan lain seperti: Hopkins, Stepen Kemmis, Robin Mc. Taggar, John Elliot, dan Dave Ebbutt.
Akhir dekade tahun 80-an, PTK akhirnya mulai dikenal di Indonesia. Muncul istilah classroom action research atau penelitian tindakan kelas (PTK) yang diawalai dari istilah action research atau penelitian tindakan. Secara umum, action research digunakan untuk melatih pemecahan permasalahan yang dihadapi seseorang dalam tugusnya sehari-hari di mana pun tempatnya ia bekerja, di kantor, di rumah sakit, di kelas ketika pembelajaran berlangsung, maupun di tempat-tempat tugas lain yang tidak berhubungan dengan pendidikan.
Khusus di bidang pendidikan, ada beragam penelitian yang dapat dilakukan guru. Misalnya penelitian deskriptif, penelitian eksperimen dan penelitian tindakan kelas. Di antara jenis penelitian tersebut, yang diutamakan dan disarankan adalah penelitian tindakan kelas. Arah dan tujuan penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru (peneliti) sudah jelas, yaitu demi kepentingan peserta didik dalam memperoleh hasil belajar yang memuaskan (jadi bukan kepentingan pribadi guru).
Selain itu, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas, guru dapat menemukan solusi dari permasalahan yang timbul saat mengajar di kelasnya, yaitu dengan menerapakan berbagai macam metode dan media pembelajaran yang relevan dengan permasalahan yang ada di kelas saat guru mengajar. Jadi, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi guru di lapangan. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas, guru mempunyai peran ganda, yaitu sebagai pengajar (praktisi) sekaligus sebagai peneliti.

B.     PENGERTIAN PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya. Menurut Suharsimi (2002:) bahwa PTK merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata yaitu: penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yaitu suatu Action Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas.
Berdasarkan keterangan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
Ada beberapa rumusan definisi PTK menurut para ahli yang perlu dipahami, yaitu sebagai berikut:
1.      Menurut Hopkins (1993): PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.
2.      Stepen Kemmis dan Robin Mc. Taggar (1988): PTK merupkan studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan dengan sikap mawas diri.
3.      Rochman Natawijaya (1977): PTK merupakn pengkajian terhadap permasalah praktis yang bersifat situasional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.
4.      Suyono (1997): PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional.


C.      Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Apabila dirumuskan, karakteristik PTK dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.      Penelitian berasal dari kerisauan guru akan kinejanya.
2.      Metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian.
3.      Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.
4.      Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran
5.      PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif (bisa dilaksanakan dengan cara berkolaborasi dengan dosen LPTK maupun dengan teman sejawat).
6.      PTK adalah jenis penelitian memunculkan adanya tindakan  tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.
7.      PTK dapat menjembatani kesenjangan atara teori dan praktik pendidikan.

D.     Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan pengertian di atas, PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Pada sisi lain, PTK akan mendorong para guru untuk memikirkan terobosan-terobosan baru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari dan tidak tergantung pada teori-teori yang bersifat universal yang ditemukan oleh para pakar peneliti yang seringkali kurang cocok dengan situasi dan kondisi kelas. Bahkan, keterlibatan guru dalam PTK sendiri akan menjadikan dirinya menjadi pakar peneliti dikelasnya.

E.      Manfaat PTK
Terdapat banyak manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan PTK antara lain sebagai berikut:
1.     Bagi Guru
a.       Meningkatkan kompetensi guru dalam mengatasi masalah  pembelajaran  yang menjadi tugas utamanya.
b.      Membantu meningkatkan profesionalisme guru.
c.       Meningkatkan rasa percaya diri guru.
d.      Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
2.     Bagi siswa
a.       Membantu meningkatkan hasil belajar siswa.
b.      Menuntut siswa untuk bersifat kritis terhadap hasil  belajarnya.
c.       Meningkatkan minat belajar siswa di kelas.
d.      Siswa mendapat pengalaman baru dalam belajar dengan menggunakan metode atau media pembelajaran.

3.     Bagi lembaga/sekolah
a.       Membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan  pada diri guru dan pendidikan di sekolah tersebut.
b.      Membantu perbaikan dan pengembangan kepribadian siswa di sekolah.
c.       Membantu perbaikan dan peningkatan kualitas penerapan kurikulum setelah dilakukannya penelitian tindakan.

F.      MODEL DAN LANGKAH-LANGKAH PTK
1.     Model PTK
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda-beda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan masing-masing tahap adalah sebagai berikut:


Perencanaan

Pengamatan

SIKLUS II

Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan

?

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan

SIKLUS I
 













Suharsimi Arikunto, (2008: 16).

2.     Langkah-Langkah PTK
Sebelum Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan, terlebih dahulu perlu dilakukan identifiksi masalah, analisis masalah, dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen yang terkait. Berdasarkan hasil analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh guru, kemudian dijabarkan secara operasional agar dapat memandu usaha perbaikan dalam pembelajaran.
Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah mencari/mengembangkan cara perbaikan yang dilakukan dengan cara mengkaji teori dan hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang dirumuskan, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar atau ahli terkait, dan menggali pengalaman sendiri saat mengajar. Berdasarkan hal tersebut, tindakan perbaikan yang dirancang hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang tidak terduga sehingga dapat meminimalisir resiko yang akan muncul. Rencana tindakan mesti disesuaikan dengan kemampuan guru, siswa, dan fasilitas yang tersedia serta iklim belajar dan iklim kerja di sekolah.
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun PTK antara lain:
a.       Menyusun Perencanaan Tindakan
Tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dan di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan dilakukan. Tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Dengan mudah dapat diterima bahwa pengamatan yang diarahkan pada diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding dengan pengamatan yang dilakukan terhadap hal-hal yang berada diluar diri, karena adanya unsur subjektivitas yang berpengaruh, yaitu cenderung mengunggulkan dirinya. Apabila pengamatan dilakukan oleh orang lain, pengamatannya lebih cermat dan hasilnya akan lebih objektif.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
1)     Membuat skenario pembelajaran (membuat silabus dan RPP) dengan menggunakan berbagai pola latihan yang berjenjang dari yang paling mudah ke tingkat yang lebih kompleks.
2)     Membuat lembar observasi untuk melihat berbagai kondisi belajar mengajar di kelas ketika mengaplikasikan media atau metode pembelajaran.
3)     Membuat dan mempersiapkan alat-alat serta bahan yang dibutuhkan siswa selama proses pembelajaran, baik metode maupun media pembelajaran.
4)     Mendesain alat evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa selama proses pembelajaran. Alat evaluasi yang digunakan biasanya berupa pre test dan post test dalam bentuk pilihan ganda (PG).
b.      Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan tindakan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diperhatikan bahwa dalam tahap pelaksanaan tindakan guru harus berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar dan tidak dibuat-buat. Dalam tahap pelaksanaan tindakan, peran peneliti adalah sebagi berikut:
1)     Merencanakan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media atau metode pembelajaran yang sudah dirumuskan dalam rancangan.
2)     Bekerja sama dengan teman sejawat dalam melaksanakan tindakan yang direncanakan.
3)     Memberikan test sebelum dan sesudah pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran.
c.       Pengamatan (Observation)
Tahap pengamatan dan interpretasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan perbaikan. Karena pengamatan/observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan dan prosesnya serta membantu guru dalam proses penyesuaian dalam pengamatan. Observasi yang efektif berlandaskan pada lima dasar, yaitu:
1)     Harus ada perencanaan bersama antara guru dan pengamat.
2)     Fokus observasi harus ditetapkan bersama.
3)     Guru dan pengamat harus membangun kriteria observasi bersama-sama.
4)     Pengamat harus memiliki keterampilan mengobservasi.
5)     Bersifat resfonsif, terbuka pandangan dan pikirannya.
Adapun hal-hal yang diamati dalam tindakan kelas adalah (a) proses tindakannya, (b) pengaruh tindakan (yang disengaja dan tidak disengaja), (c) keadaan dan kendala tindakan, (d) bagaimana keadaan dan kendala tersebut menghambat atau mempermudah tindakan yang telah direncanakan dan pengaruhnya, serta (e) persoalan lain yang timbul saat observasi.
Ada empat metode observasi yang dapat dipilih atau diterapkan, yaitu: observasi terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur, dan observasi sistematik.
1.      Observasi terbuka dimulai dengan pemikiran netral, kosong dan tidak diadakan pengarahan sebelumnya sehingga pengamat harus berimprovisasi untuk merekam hal-hal penting dalam proses pembelajaran dalam rangka penerapan tindakan perbaikan. Tujuannya agar pengamat dapat merekonstruksi proses penerapan tindakan perbaikan dalam rangka diskusi balikan.
2.      Observasi terfokus adalah observasi yang dilakukan secara spesifik, yaitu observasi yang diarahkan kepada aspek tertentu dalam tindakan guru atau aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
3.      Observasi terstruktur adalah observasi yang ditandai dengan perekam data yang sederhana, tetapi dengan format yang lebih rinci.
4.      Observasi sistematis adalah bentuk observasi yang diarahkan pada pengakategorian bentuk dan jenis data amatan yang disusun secara rinci.
Observasi bertujuan memantau proses dan dampak perbaikan setidaknya mengikuti tiga langkah yang merupakan satu siklus yang selalu berulang, yaitu pertemuan pendahuluan (perencanaan), pelaksanaan observasi dan diskusi balikan. Agar ketiga tahap ini berlangsung efektif, hubungan guru dan pengamat harus didasari saling mempercayai, fokus kegiatan adalah perbaikan, proses tergantung dari pengumpulan dan pemanfaatan data yang objektif, guru didorong untuk berkesinambungan, serta guru dan pengamat terlibat dalam perkembangan yang profesional yang saling menguntungkan.
Selain melalui observasi atau pengamatan, data mengenai pembelajaran dapat dikumpulkan melalui catatan/laporan harian, catatan harian siswa, wawancara (antara guru dan siswa, pengamat dan siswa, serta pengamat dan guru), angket, dan telaah berbagi dokumen.
d.      Analisis Data dan Refleksi
Analisis data pada dasarnya adalah upaya menyeleksi dan mengelompokkan data, memaparkan atau mendeskripsikan data dalam bentuk narasi, tabel, dan/atau grafik, serta menyimpulkan dalam bentuk pernyataan.
Secara teknis, langkah yang dilakukan adalah (1) mengidentifikasi data yang ditemukan, (2) menentukan pola data yang ada, dan (3) menginterpretasikannya. Adapun hal yang perlu diingat adalah ketika menganalisis data, seringkali peneliti bersikaf subjektif. Untuk menanggulanginya, peneliti perlu berdiskusi dengan teman sejawat atau pihak lain yang dapat melihat lewat perspektif yang berbeda.
Selain itu, juga perlu diperhatikan bahwa data yang dikumpulkan tidak hanya terbatas pada data tentang perubahan yang diharapkan, melainkan juga mencakup data tentang peningkatan/perubahan yang tidak diharapkan (di luar rencana). Oleh karena itu, kesimpulan yang dirumuskan juga harus mencakup perubahan yang direncanakan/diharapkan dan yang tidak diharapkan sebelumnya.  
Berdasarkan hasil analisis dilakukan sebuah refleksi, yaitu renungan atau  mengingat kembali apa yang sudah berhasil dikerjakan, terutama yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tindakan kelas, baik pada diri siswa, suasana kelas, maupun pada diri sendiri.
Dalam melakukan refleksi, sebaiknya anda juga berdiskusi dengan teman sejawat, untuk menghasilkan rekonstruksi makna situasi pembelajaran kelas yang telah anda lakukan  dan memberikan dasar perbaikan untuk rencana siklus berikutnya. Setalah melakukan analisis dan refleksi atas tindakan yang dilakukan, langkah selanjutnya adalah menyusun laporan tertulis berdasarkan catatan-catatan yang telah anda lakukan.

G.     PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Setalah anda melaksanakan tindakan kelas, mengobservasi, menganalisis, dan merefleksinya, tentu saja langkah berikutnya adalah menyusun laporan kegiatannya. Proses penyusunan laporan ini tidak akan dirasakan sulit apabila sejak awal guru (sekaligus peneliti) sudah disiplin mencatat apa saja yang sudah ia kerjakan.
Membuat karya ilmiah laporan penelitian sebetulnya akan jauh lebih mudah dibandingkan dengan menulis artikel, karena lahan tulisan akan sudah dipenuhi dengan penjelasan tentang alasan, tujuan, manfaat, dan isi penelitian, kemudian cerita tentang tindakan dengan siklusnya. Pada akhir tulisan tinggal disampaikan hasil penelitian, yaitu keberhasilan yang diperoleh dan hambatan atau kesulitan dalam pelaksanaan, dan kemudian ditutup dengan kesimpulan dan saran.
Sistematika laporan penelitian tidak jauh berbeda dengan laporan penelitian yang lain. Satu hal yang sangat dicermati oleh penilai KTI dalam laporan PTK adalah bagaimana siklus dilaksanakan, dan penjelasan tentang proses yang berlangsung. Kesalahan yang sering terjadi adalah guru hanya menyebutkan sedikit dari tindakan yang dilakukan dan langsung menunjukkan data yang dikumpulkan melalui test. Dalam penelitian tindakan ini, guru (sekaligus peneliti) tidak diharuskan menonjolkan analisis data, tetapi harus menekankan pada proses.
Menurut Suharsimi Arikunto, (2008:28) kesalahan umum yang sering dilakukan guru (peneliti) ketika mengusulkan kenaikan jabatan Golongan IVa ke atas adalah melupakan atau tidak menganggap penting uraian tentang bentuk tindakannya. Mungkin mereka menganggap, kalau sudah menuliskan definisi atau pengertian model tindakannya, misalnya mengajar dengan pendekatan konstektual-jadi inti yang harus diterangkan adalah pendekatan kontekstual itu-hanya diterangkan di bab II (kajian pustaka). Jika demikian penyajiannya, guru sebetulnya belum mengemukakan teori dan belum dapat dengan jelas mengemukakan idenya. Apa bila laporannya hanya seperti ini, pasti KTI-nya ditolak karena guru (peneliti) belum menjelaskan alur yang dilaksanakan dalam tindakannya.
Untuk memudahkan anda dalam membuat laporan, terlebih dahulu harus dikembangkan format atau struktur laporannya. Secara umum, laporan penelitian berisi tiga hal pokok, yaitu: (1) bagian awal, (2) bagian isi atau tubuh laporan, dan (3) bagian akhir. Laporan PTK pun secara garis besar juga berisi tiga hal pokok tersebut.
Adapun subtansi ketiga bagian laporan PTK tersebut adalah sebagai berikut:
1.     Bagian Awal Laporan PTK
Bagian awal laporan PTK terdiri atas:
a)    Halaman judul
Halaman judul lazimnya berisi: (1) judul penelitian, (2) logo lembaga (sekolah), (3) nama peneliti dan NIP/NIM (bagi guru/mahasiswa), (4) lembaga tempat peneliti bekerja, (5) tahun pembuatan.
b)    Halaman pengesahan
Halaman pengesahan berisi pengesahan oleh lembaga. Dalam halaman ini dimuat hal-hal sebagai berikut: (1) judul PTK, (2) nama, (3) jenis kelamin, (4) NIP, (5) golongan pangkat, (6) jabatan fungsional, (7) guru kelas, mata pelajaran, (8) unit kerja, (9) Lama Penelitian, (10) Biaya Yang diajukan (kalau diperlukan).
c)     Abstrak
Abstrak merupakan pemadatan (sari atau subtansi) dari hasil penelitian yang memuat latar belakang, tujuan penelitian, metode, hasil penelitian, dan kesimpulan yang ditik satu spasi, dan dirumuskan dalam satu paragraf dengan jumlah kata kurang lebih 200 kata atau sebanyak 1 halaman.
d)    Kata pengantar
Menjelaskan asal-usul mengapa masalah PTK ini diangkat sebagai topik penelitian, faktor- faktor lingkungan yang member arti pentingnya penelitian, kedudukan PTK dalam pemecahan masalah pembelajaran, serta secacah harapan kepada pihak-pihak yang membaca laporan penelitian. 
e)    Daftar isi
Bagian ini memuat bab dan sub-bab yang ada dalam laporan penelitian lengkap dengan halamannya.  
f)      Daftar tabel, gambar, grafik, dan lain-lain
Bagian ini menunjukan tabel, gambar, grafik, atau lambang-lambang lain yang ada dalam laporan penelitian tersebut.
g)     Daftar lampiran
Daftar lampiran berisi lampiran yang diperlukan dalam laporan penelitian tersebut. Lampiran dapat berupa data yang telah diseleksi, hitungan hasil analisis data kuantitatif, instrument penelitian, dokumen, foto, dan sebagainya.
2.     Bagian isi atau tubuh laporan PTK
Bagian isi memuat lima bab penting, terdiri dari pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran.
Bab I Pendahuluan
a)    Latar belakang
Latar belakang masalah berisi tentang kerisauan dan alasan perlunya dilakukan PTK, serta mengungkap gejala-gejala kesenjangan (masalah) yang terdapat dilapangan. Dalam latar belakang masalah ini, perlu juga dikemukakan bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata dan berada dalam kewenangan guru; serta ditunjang oleh teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu.
b)    Rumusan masalah
Bagian ini berisi rumusan secara tajam tentang masalah yang diangkat dalam penelitian tersebut. Masalah hendaknya memang khas PTK dan benar-benar dirasakan ada dalam keseharian sekolah atau kelas yang dibina guru yang memang mendesak dan layak untuk dipecahkan melalui PTK. Identifikasi masalah yang dilakukan peneliti sebaiknya diikuti oleh refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang diteliti itu sosoknya menjaidi semakin jelas.
c)     Tujuan penelitian
Tujuan penelitian selalu mengacu pada permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian. Oleh karena itu, rumusan tujuannya harus dapat diukur ketercapaiannya. Secara teknis, tujuan PTK dapat berupa tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bersifat makro  dan belum menunjukkan indikator ketercapaian. Tujuan khusus bersifat mikro dan sudah menunjukkan indikator ketercapaiannya.  
d)    Manfaat penelitian
Berisi manfaat atau sumbangan hasil penelitian tindakan kelas; bagi siswa, guru, lembaga sekolah dan untuk perbaikan pembelajaran pada umumnya.

Bab II Kajian Pustaka
Dalam bagian ini perlu dipaparkan secara ringkas, tetapi tajam tentang kajian dan berbagai bahan pustaka yang relevan dan dapat mendukung kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang dilontarkan peneliti.
Secara teknis, bagian ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian. Kajian pustaka mengungkapkan tentang; what (siapa) berupa definisi atau pengertian, woy (siapa) siapa penemu atau pendapat siapa, why (mengapa) mengapa teori itu ada, how (bagaimana) teori itu digunakan atau hasil penelitian terdahulu (yang telah dilakukan orang lain).

Bab III Metodologi Penelitian
Hal yang penting disampaikan dalam bab III adalah rencana tindakan, yang dimulai dengan gambaran tentang lokasi penelitian dan setting-nya. Garis besar isi bab III adalah sebagai berikut:
a)      Setting penelitian,
Bagian ini menjelaskan tentang lokasi dan gambaran tentang kelompok siswa atau subjek yang dikenai tindakan. Perlu ditekankan di sini bahwa dalam penelitian tindakan, tidak ada populasi dan sampel.
b)     Prosedur Penelitian
Bagian ini berisi gambaran umum penelitian yang dilakukan termasuk jumlah dan prosedur penelitian yang dilakukan. Perlu juga dijelaskan secara rinci tentang prosedur penelitian mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi.
-          Persiapan tindakan
Pada bagian ini perlu dipaparkan tentang langkah-langkah riil yang akan dilakukan peneliti dalam tindakan.
-          Pelaksanaan tindakan
Bagian ini memaparkan tindakan yang diambil, skenario kerja tindakan, dan langkah-langkah yang digunakan peneliti.
-          Pengamatan/observasi dan evaluasi
Bagian ini menguraikan prosedur pengamatan dan evaluasi tindakan, alat-alat pengamatan dan evaluasi yang digunakan, beserta kriteria keberhasilan tindakannya.
Rumusan indikator keberhasilan yang menjadi acuan keberhasilan dalam setiap tindakan dapat berupa gradasi, misalnya 80-100: sangat berhasil, 60-79: berhasil, 40-59: cukup berhasil, 20-39: kurang berhasil, dan 0-19: tidak berhasil. Atau, apabila yang diukur berupa kemampuan kognitif maka angka Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dapat dijadikan sebagai acuan.
-          Refleksi
Bagian ini berisi tentang prosedur analisis hasil pengamatan dan refleksi, kriteria dan rencana bagi siklus berikutnya. Refleksi pada siklus pertama akan dijadikan acuan untuk perencanaan tindakan pada siklus kedua dan seterusnya.
c)      Teknik Pengumpulan Data
Bagian ini menjelaskan tentang informasi yang menyangkut indikator yang ada dalam tindakan, misalnya semangat belajar siswa dalam diskusi parisipasif, situasi diskusi dan kelancaran proses yang terjadi, kelancaran berbicara pada diskusi dalam pembelajaran dan hasil berlajar. Pada bagian ini perlu dijelaskan pula cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data selama proses berlangsung dan ketika refleksi dilakukan, serta bagaimana mengetahui hasil belajar siswa. Contoh pengumpulan data antara lain: (1) wawancara, (2) observasi, (3) test, dan (4) diskusi antar guru atau teman sejawat.
d)     Analisis Data
Pada bagian ini menjelaskan tentang bagaimana data yang diperoleh tersebut dianalisis untuk mengetahui hasil akhir dari pelaksanaan penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A)    Deskripsi Setting Penelitian
Berisi tentang gambaran kondisi lapangan saat tindakan dilakukan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif tentang semua aspek yang dapat direkam pada waktu penelitian.
B)    Hasil Penelitian
Berisi tentang sajian data lengkap dari tiap siklus, sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang perubahan/perbaikan yang diperoleh dari hasil kegiatan observasi, menyangkut berbagai aspek  konsentrasi penelitian. Sajian data ini dapat dibuat dalam bentuk grafik/tabel dengan diberikan berbagai penjelasan dan analisis data.
C)    Pembahasan 
Berisi rangkuman hasil penelitian dari seluruh siklus dan semua aspek konsentrasi penelitian dengan diformulasikan ke dalam bentuk tabel, grafik, serta dibahas tiap aspek yang diketahui adanya peningkatan, atau tidak adanya perdgdhubahan dengan berbagai alasan yang rasional dan logis. Juga dapat dikuatkan dengan teori yang relevan untuk meningkatkan kualitas pembahasan hasil penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran
a)    Simpulan
Pada bagian simpulan peneliti menyimpulkan hasil penelitian secara lengkap sesuai dengan masalah yang diteliti. Simpulan tidak boleh menyimpang dari masalah yang diangkat dalam penelitian. Hal tersebut perlu digarisbawahi karena masih terdapat peneliti yang membuat simpulan tidak berdasar atau tidak mengacu pada rumusan masalah yang telah direncanakan sebelumnya.
b)    Saran
Saran yang disampaikan peneliti selayaknya juga tetap mengacu pada permasalahan serta simpulan. Kadang-kadang muncul saran yang begitu saja jatuh dari langit. Artinya, saran tersebut tidak relevan dengan hasil penelitian. Saran dapat berupa penerapan hasil penelitian dan penelitian lanjutan di masa yang akan datang.

3.     Bagian akhir laporan
Bagian akhir laporan penelitian berisi a) daftar pustaka, dan b) lampiran-lampiran.
a)     Daftar pustaka
Bagian ini berisi berbagai buku yang menjadi rujukan peneliti serta mengunakan cara penulisan daftar pustaka yang berlaku. Adapun cara yang gunakan dalam penuulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut:
1)     Balikan semua nama pengarang dan gunakan nama inisial apabila ada dua atau tiga pengarang, gunakan tanda & daripada dan. Pisahkan nama dengan koma. Susun daftar dengan sesuai alphabet.
2)     Sebutkan semua nama pengarang, jangan gunakan “dkk”.
3)     Tempatkan tahun penerbit setelah nama pengarang.
4)     Cetak tebal atau miringkan tulisan judul dan sub judul buku, gunakan huruf besar untuk huruf awal setiap kata pada nama judul dan sub judul, kecuali untuk kata sambung.
Contoh penulisan daftar pustaka:
Best, John W. dan Khan, James. 1989. Research in Education, New Delhi: Prentice-Hal of India.
Borg, W.R. & Gall, M.D. 1999. Educational Research an Introduction. New York & London: longman.
Mulyasa, E. 2010. Praktik Peneltian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

b)     Lampiran-lampiran
Bagian ini berisi lampiran-lampiran yang digunakan dalam penelitian. Adapun hal-hal yang perlu dilampirkan adalah sebagai berikut:
1)     Instrument penelitian
2)     Data pendukung, seperti hasil rekap data, dokumen, foto-foto, dan lain-lain yang dianggap perlu.
Curriculum vitae atau biodata peneliti
Blog, Updated at: 12.29

0 komentar:

Posting Komentar